Bali, 31 Juli 2025 – PT Askrindo terus memperkuat program pemberdayaan petani kopi di Desa Kintamani, Bali, dengan mengimplementasikan pengukuran Social Return on Investment (SROI) sebagai alat evaluasi dampak program yang dijalankan sejak tahun 2022. Melalui pendekatan ini, perusahaan ingin memastikan bahwa upaya yang dilakukan benar-benar memberi manfaat nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Program Kopi Langit Kintamani merupakan bagian dari inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Askrindo. Tidak hanya menyasar pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, tetapi juga mendorong transformasi sosial dan pembangunan kapasitas petani secara menyeluruh.
Direktur Utama Askrindo, M Fankar Umran, menyatakan bahwa pendekatan SROI menjadi bagian penting dari proses pembelajaran dan penyempurnaan program pemberdayaan.
“Pemberdayaan Masyarakat di wilayah Kintamani, Bali, berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program-program yang berkelanjutan. Selain itu kemandirian ekonomi serta peningkatan kualitas hidup juga menjadi tujuan utama pada program pemberdayaan Kopi Langit Bali ini. Diharapkan, pemberdayaan Masyarakat seperti ini, bisa kita terapkan juga di wilayah-wilayah yang provinsi lain sehingga program yang ada semakin bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Fankar.
Program ini melibatkan pelatihan teknis, pembentukan kelompok tani, penguatan kelembagaan, hingga akses pasar. Dengan metode SROI, Askrindo dapat menilai efektivitas intervensi tersebut dan melakukan perbaikan berbasis data.
Tak hanya fokus pada produktivitas, aspek kesejahteraan dan perlindungan petani juga menjadi perhatian. Askrindo menyisipkan edukasi mengenai pentingnya asuransi untuk melindungi aset dan keselamatan kerja masyarakat.
“Kami percaya bahwa keberhasilan sebuah program tidak hanya diukur dari output atau capaian fisik, tetapi dari perubahan atau outcome dan dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Pengukuran SROI ini adalah bentuk komitmen kami untuk memastikan bahwa setiap langkah pemberdayaan masyarakat yang dilakukan benar-benar berorientasi pada penciptaan dampak yang terarah dan terukur,” tambah Fankar.
Langkah evaluatif ini menjadikan program Kopi Langit Kintamani sebagai praktik pemberdayaan yang dinamis dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat. (Redaksi)
